Blogger Jateng

Ciri dan Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Balita

Apakah Anda masih punya Anak Balita di rumah ? Apa sajakah yang perlu kita perhatikan detail demi tumbuh kembang menjadi lebih baik ? 

Kesehatan Fisik dan Mental, keduanya sangatlah penting bagi orang tua untuk perhatikan juga secara detail dan jangan cuma berat ke salah satunya, yaa seimbanglah. 


Pada bahasan kali ini, kami ingin orang tua lebih bisa memupuk ataupun membangun pondasi kuat dalam pembentukan mental yang sehat dengan mengetahui Ciri dan Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Balita. 

Cara paling dasar dan keutamaan bagi orang tua dalam mengasuh dan merawat Si Kecil yaitu berikan perlakuan dan tindakan penuh kasih sayang. 

Bangunlah keterampilan emosional dan sosial dengan kasih sayang gak cuma kesehatan fisik anak yang penting, lakukanlah juga untuk menjaga kesehatan mental. 

Disarankan agar para orang tua tetap peka terhadap perubahan yang mungkin terjadi pada anak-anak mereka, terutama jika mulai muncul tanda-tanda awal gangguan kesehatan mental. 

Sebelum kita ketahui secara mendalam untuk Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Balita, maka kita bahas dahulu Ciri Gangguan Psikologis dan Masalah Kesehatan Mental Pada Anak.

Ciri Gangguan dan Masalah Kesehatan Mental Anak dan Cara Menanggulanginya

Sedini mungkin sangat penting untuk kamu perhatikan secara keseluruhan bagaimana tumbuh kembang anak Anda, sehingga dapat berikan tindakan untuk perubahan lebih baik menjaga kesehatan mental anak, yaitu:

1. Ciri Kecemasan Berlebihan;

Sifat cemas juga dapat dirasakan oleh anak balita, sebagai orang tua harus lebih peka lagi dan perhatikan apakah berlebihan kecemasan yang ditunjukkan oleh anak.

Dalam pandangan Psikolog Iswan, gejala awal gangguan kesehatan mental pada anak mungkin awalnya tampak seperti perilaku tantrum atau meluapkan emosi, namun tanda yang paling sering muncul adalah kecenderungan untuk menghindari atau menjaga jarak dari situasi atau objek tertentu yang memicu kecemasan pada mereka.

Contohnya, anak mungkin menunjukkan ketakutan yang berlebihan terhadap tempat tertentu, orang-orang tertentu, atau bahkan benda-benda tertentu. 

Psikolog Iswan juga menambahkan bahwa reaksi fisik seperti menangis, muntah, atau keringat dingin dapat muncul sebagai respon terhadap kecemasan tersebut. 

Selain itu, kondisi emosional lainnya seperti rasa takut atau kemarahan juga mungkin menyertainya.

Cara Mengatasi Saat Timbul Ciri Kecemasan Berlebihan, yaitu dengan jadilah orang tua yang dapat posisikan diri sebagai pendengar yang baik.

Menjadi pendengar yang baik untuk anak tidaklah mudah tapi tidak terlalu sulit juga untuk kamu lakukan.

Saat anak menunjukkan sikap atau kelakuan seperti cemas juga gelisah seperti uring - uringan, coba kamu ambil sikap dengan ajak duduk bareng lalu tanyakanlah.

Iya benar, sesimpel bilang: sebentar anakku sayang, coba duduk bareng sini ayah / bunda mau nanya apa yang sedang kamu pikirkan atau rasakan ?

Lakukanlah rutin, dengarkanlah keluh kesah yang dirasakan oleh anak, lalu berikanlah solusi yang terbaik dengan menyampaikan secara detail.

2. Ciri Gangguan Kesehatan Mental Selective Mutism Pada Anak;

Sumber dari Raising Children menyebutkan bahwa petunjuk pertama mengenai mutisme selektif mungkin mulai terlihat ketika seorang anak adentrasi di prasekolah atau sekolah, khususnya pada rentang usia 3-6 tahun.

Selective mutism merupakan salah satu jenis gangguan psikologis, terutama dalam kategori gangguan adaptasi yang bisa mempengaruhi anak-anak. 

Psikolog Iswan Saputro, M.Psi., menyatakan bahwa kondisi ini melibatkan pilihan anak untuk tetap diam dalam suatu situasi atau lingkungan tertentu, sementara di tempat lain anak tersebut mungkin aktif secara verbal.

Contoh konkretnya, seorang anak mungkin memilih untuk tetap diam di lingkungan sekolah, tetapi akan lebih berbicara dan aktif ketika berada di rumah atau di luar lingkungan sekolah.

Ketika menghadapi kasus mutisme selektif pada anak, penting bagi orangtua untuk memberikan dukungan agar anak dapat membangun keterampilan berbicara dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Berikut beberapa cara mengatasi selective mutism pada anak:

Akui kecemasan anak terkait berbicara, dan berikan pemahaman bahwa tidak ada masalah jika mereka memilih untuk tidak berbicara di tempat atau situasi tertentu.

Saat berdua dengan anak, berikan pujian atas upaya dan pencapaian mereka dalam berbicara, terutama saat mereka mencapai tonggak pencapaian tertentu.

Tunjukkan perilaku positif dan percaya diri dalam situasi sosial sebagai contoh, seperti tersenyum pada orang lain, memberi salam, dan menanyakan kabar.

Bicaralah dengan anak tentang pengalaman pribadi Anda dalam menghadapi rasa cemas dan bagaimana Anda mengatasinya. 

Berbagi strategi seperti pernapasan tenang, pembicaraan diri positif, dan mencoba hal baru.

Bacakan buku yang mengangkat tema perasaan gugup, takut, atau malu, atau yang memaparkan karakter yang menghadapi masalah berbicara. 

Ini dapat membantu anak memahami perasaan mereka dan memberikan ide tentang cara mengatasinya.

Fokus pada upaya anak untuk berbicara dan bersabar dengan kemajuan yang dicapainya. Simpan frustrasi pribadi Anda agar membantu anak membangun kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk berbicara.

Perlu diingat bahwa kondisi ini membutuhkan waktu dan latihan rutin di rumah. Dengan kesabaran dan dukungan yang konsisten, anak dengan mutisme selektif dapat mengatasi kesulitan berbicara mereka.

3. Ciri Gangguan Kesehatan Mental Sulit Makan;

Sulit makan, ini sering banget dan terbilang umum di rasakan oleh orang tua yang masih memiliki anak balita, dan bahkan Ikatan Dokter Anak Indonesia pun setuju banget sering jadi keluhan orang tua.

Gangguan makan juga terbilang kesehatan mental yang terganggu, dapat terjadi oleh bayi, balita, dan bahkan anak - anak di atas usia 5 tahun.

Kesehatan mental yang terganggu sulit makan ada beberapa yaitu bulimia, anoreksia, binge-eating, hingga gangguan makan yang bersifat menjauhi makanan atau avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID). 

Di samping itu, kebiasaan makan pilih-pilih atau picky eater juga dapat memicu timbulnya gangguan mental pada anak. 

Walaupun tidak semua anak yang memiliki kebiasaan picky eater akan mengalami gangguan mental, ada kemungkinan yang lebih besar bahwa anak dengan kebiasaan makan pilih-pilih ini mungkin lebih rentan terhadap gangguan mental daripada anak dengan pola makan yang normal.

Cara Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental Anak Sulit Makan, paling dasarnya perlu kamu ketahui dahulu alasannya kok anak gak mau makan, jadi bertanyalah terlebih dahulu pada anak.

Setelah kamu ketahui alasannya mengapa tidak mau makan atau gak doyan suatu menu makanan, maka jadilah panutannya yang terbaik.

Dengan makanlah terlebih dahulu dan berikan ekspresi reaksi bahwa sangat enak juga kasih tahu bahwa makan ini bisa jadikan tubuh lebih sehat dan bergizi tinggi.

Untuk menarik minat anak dalam makan, cobalah variasikan menu harian dengan menghadirkan makanan favoritnya. 

Pendekatan ini dapat merangsang selera makan anak dan pada saat yang bersamaan memastikan bahwa nutrisi yang dibutuhkan tetap terpenuhi.

Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan bagi anak, menciptakan suasana yang membuat mereka lebih bersemangat dan merasa senang saat makan. 

Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah dengan mengadakan kegiatan makan keluarga secara teratur.

Kemudian kamu bisa menerapkan disiplin dalam menjalani jadwal makan tiga kali sehari yang diiringi dengan dua kali makan ringan dapat membentuk kebiasaan makan yang sehat untuk anak-anak. 

Mereka akan terlatih untuk mengikuti jadwal makan dengan tepat waktu dan mengurangi kecenderungan menolak makanan.

4. Ciri Kesehatan Mental Gangguan Belajar dan Berkomunikasi;

Masalah paling dasar yang terjadi bila adanya ciri gangguan kesehatan mental anak yang satu ini yaitu sulit belajar ataupun berkomunikasi biasanya terjadi akibat adanya masalah ketika menyimpan juga proses informasi.

Cara Mengatasi Kesehatan Mental Gangguan Belajar Dan Berkomunikasi, yaitu dengan berikanlah dorongan atau stimulasi pancing minat anak.

Lakukanlah rutinitas melatih anak kenali nama benda dengan sebutkan terlebih dahulu lalu tanyakan kembali nama bendanya apa, dan seterusnya juga bisa nama warna dan lainnya.

Buatlah suasana layaknya sedang bermain, sehingga anak akan tidak merasakan tertekan dan tegang. 

5. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Anak dengan ADHD umumnya memiliki masalah dalam konsentrasi, fokus, atau memperhatikan dengan baik. 

Anak cenderung tidak dapat mengikuti arahan, mudah bosan, bergerak terus-menerus, dan impulsif.

Anak yang ADHD bisa juga disebut hiperaktif, yang berarti anak bertingkah dan berbicara berlebihan, mudah gelisah, dan sulit konsentrasi.

Orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis jika anak menunjukkan gejala ADHD, karena pendekatan dalam menghadapi anak yang hiperaktif dan memiliki ADHD dapat bervariasi.

Berikut adalah beberapa strategi mendidik anak dengan ADHD yang dapat diimplementasikan oleh orangtua: 

- Menghindari Gangguan; 

Anak-anak dengan ADHD cenderung mudah terdistraksi oleh lingkungan sekitarnya, oleh karena itu, orangtua perlu menjauhkan mereka dari segala sesuatu yang dapat mengganggu saat sedang belajar. 

Setiap anak memiliki preferensi yang berbeda terkait dengan kebiasaan atau kondisi yang membuat mereka merasa tenang. 

Beberapa anak mungkin dapat lebih berkonsentrasi dengan latar belakang musik, sementara yang lain memerlukan keheningan total. 

Sesuaikan kondisi tersebut agar anak dapat dengan mudah fokus dan berkonsentrasi.

- Hadiah yang Diberikan Secara Bertahap; 

Agar lebih mudah membuat jadwal dan aturan, orangtua dapat menetapkan aturan dan konsekuensi secara tertulis dan verbal. 

Misalnya, orangtua dapat menyusun daftar tanggung jawab anak dan aturan rumah tangga yang ditempel di tempat yang terlihat. 

Pemberian hadiah juga dapat menjadi strategi yang efektif, tetapi sebaiknya hindari memberi iming-iming hadiah untuk hal-hal yang masih lama terjadi. 

Alih-alih, berikan hadiah atau reward yang dapat diterima dalam waktu dekat, seperti bermain game di luar jadwal atau mendapatkan camilan sebagai penghargaan.

- Bersikap Tegas Tanpa Marah; 

Pendekatan mendidik anak ADHD sebaiknya bersifat tegas tanpa memunculkan rasa marah. 

Orangtua dapat menjelaskan konsekuensi dengan jelas dan menerapkannya secara konsisten. 

Meskipun mungkin sulit untuk tetap sabar dan tenang, orangtua perlu mengontrol emosi mereka ketika menghadapi anak. 

Ini dapat menjadi tantangan tambahan jika orangtua sendiri mengidap ADHD, karena kondisi ini dapat diwariskan dalam keluarga. 

Orangtua yang juga mengalami ADHD perlu mengelola kondisinya terlebih dahulu sebelum mencoba menjadi contoh yang baik bagi anak.

- Mendukung Pencarian Bakat; 

Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami perlakuan yang berbeda dari masyarakat, yang dapat berdampak pada rasa percaya diri mereka. 

Orangtua memegang peran penting dalam membantu anak menemukan minat dan bakatnya. 

Ini dapat melibatkan memberikan dukungan dan motivasi kepada anak agar merasa berharga. 

Orangtua juga dapat membantu anak menemukan minatnya, karena ketika anak menaruh minat pada suatu hal, mereka dapat mengembangkan kemampuan yang luar biasa dalam bidang tersebut.

- Melibatkan Terapi dengan Ahli; 

Jika orangtua mengalami kesulitan dalam mendidik anak dengan ADHD, terapi dengan ahli dapat menjadi pilihan. 

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan terapi perilaku sebagai pendekatan yang efektif untuk anak-anak dengan ADHD. 

Terapi ini melibatkan pembuatan target sederhana, pemberian rewards dan konsekuensi, serta konsistensi dalam menjalankan terapi. 

Orangtua perlu terlibat aktif dalam proses terapi dan memastikan bahwa anak dapat mempraktikkan keterampilan yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Gangguan Perilaku Disruptif; 

Anak dengan gangguan perilaku disruptif cenderung lebih sering menentang aturan dan sering menyebabkan disrupsi dalam kegiatan struktural, seperti di sekolah.







Posting Komentar untuk "Ciri dan Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Balita"